Haji dan Umroh; Menunggu Dipanggil atau Memenuhi Panggilan?

Menyoal ibadah haji dan Umroh, kerap kali kita dengar dari banyak umat muslim berkata, “mungkin saya belum dipanggil Allah jadi saya belum bisa umroh dan haji” atau “ah, itu kan panggilan Allah sepertinya saya belum dipanggil” , jika Haji dan Umroh dipahami sebagai panggilan maka bagaimana kita bisa memutuskan bahwa kita sudah dipanggil atau belum? Bagaimana jika ternyata kita sudah dipanggil namun ternyata kita tidak mengetahuinya?

Masalah panggilan Haji dan Umroh ternyata sudah dijelaskan dalam surat Al-Hajj ayat 27:

وَأَذِّن فِي ٱلنَّاسِ بِٱلۡحَجِّ يَأۡتُوكَ رِجَالٗا وَعَلَىٰ كُلِّ ضَامِرٖ يَأۡتِينَ مِن كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٖ

“Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh” (Q.S. Al-Hajj: 27)

Menurut banyak Ahli tafsir tentang ayat ini, Allah memerintahkan Nabi Ibrahim untuk menyeru dan memanggil manusia untuk mengerjakan Haji dan Umroh ke Baitullah. Tatkala Nabi Ibrahim menerima perintah itu, beliau berkata kepada Allah, “Wahai tuhanku, suaraku tidak akan sampai kepada mereka” dan Allah menjawab “Seru dan panggillah saja mereka, biarkan aku yang (membantu dalam) menyampaikan seruanmu kepada mereka”. Para ahli tafsir meriwayatkan bahwa panggilan Nabi Ibrahim diperdengarkan oleh Allah ke seluruh Alam bahkan didengar oleh benih yang berada di sulbi para lelaki dan rahim para wanita, dan mereka menjawab”

لَبَّيْكَ اللّهُمَّ لَبَّيْكَ

 “Kami sambut panggilanmu untuk berhaji dan umroh, kami sambut panggilanmu…”

Maka setelah mengetahu hal ini “menunggu panggilan” tidak lagi relevan, yang benar dan tepat adalah “memenuhi panggilan”, karena panggilan itu bahkan telah sampai kepada kita semua bahkan sebelum kita lahir ke dunia ini.

Terdapat perbedaan yang sangat mendasar antara menunggu  dan memenuhi. Menunggu umumnya dipahami sebagai hal yang pasif dan tanpa usaha, sedangkan memenuhi adalah tentang bagaimana kita mengusahakan segala hal yang kita bisa lakukan.

Maka dalam perkara pemenuhan panggilan umroh dan haji ini hendaknya kita merubah pola pikir kita dari menunggu yang pasif menuju usaha-usaha aktif. Dimulai dengan membangun pemahaman baru, mengumpulkan bekal takwa dan ilmu tentang haji dan umroh, kemudian disusul dengan mengumpulkan bekal materi untuk memenuhi syarat-syarat perjalanan umroh dan haji. Bukankah dengan usaha-usaha aktif yang kita lakukan itu kita bahkan sudah mendapatkan pahala kebaikan bahkan sebelum kita melaksanakan umroh dan haji?

Semuanya terhitung ibadah di mata Allah, dan lebih menyenangkan lagi jika semua yang kita usahakan untuk memenuhi panggilan Allah itu kita jadikan sebagai taqarrub atau mendekatkan diri kita kepada Allah maka Allah akan mendekat kepada kita lebih dari yang kita usahakan, dalam sebuah hadits qudsi Allah berkata:

عن أنس بن مالك وأبي هريرة رضي الله عنهما عن النبي صلى الله عليه وسلم فيما يرويه عن ربه عز وجل قال: “إذا تَقَرَّبَ العبدُ إليَّ شِبْرًا تَقَرَّبْتُ إليه ذِرَاعًا، وإذا تَقَرَّبَ إليَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ مِنْهُ بَاعًا، وإذا أتاني يمشي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً” (رواه البخاري)

Dari Anas bin Malik dan Abu Hurairah r.a dari Nabi Muhammad sallallahu alaihi wa sallam tentang yang ia riwayatkan dari rabbnya, Allah berkata, “Jika seorang hamba mendekat kepadaku sejengkal maka aku akan mendekat kepadanya maka aku akan mendekat kepadanya sehasta, jika ia mendekat kepadaku sehasta maka aku akan mendekat kepadanya sedepa, jika ia mendatangiku dengan berjalan kaki, maka aku akan mendatanginya dengan berlari-lari kecil (H.R. Bukhori)

Maka sudahkah kita melakukan sejengkal  atau sedepa usaha kita? Sudahkah kita datangi Allah dengan berjalan atau berlari? Hingga Allah mendekat kepada kita lebih dari yang kita lakukan. Tidak heran banyak cerita orang-orang yang dalam pandangan manusia tidak mungkin berumroh ataupun berhaji namun sanggup melakukan keduanya, namun banyak pula orang-orang yang dianggap cukup mampu melakukan keduanya justru belum melakukan satu pun dari keduanya.

Tatkala Umroh dan Haji hanya sebatas diartikan sebagai pemenuhan  materi belaka, di situlah awal masalah bermula, tidak ada harapan yang bertumbuh, perasaan ingin umroh dan haji menjadi angan belaka , jika pun bisa dipenuhi panggilan itu, maka potensi kebaikan dari umroh dan haji yang dilakukan tidak maksimal didapatkan.

Mulailah dari penggalian dan pemahaman yang darinya akan mengarahkan dan mendekatkan kita kepada Rabb dan baitullah, sebagaimana SHU Baitullah selalu lakukan dalam hal membimbing para calon tamu Allah, Haji dan Umroh itu mudah dan mengubah serta bisa menjadi wasilah tarbiyah yang dahysat bagi setiap orang yang melakukannya dengan langkah yang tepat.